Kasus eksekusi lahan di Kampung Bugis, Desa Sarangan Denpasar Selatan, mendapat perhatian banyak pihak. Termasuk diantaranya dari Badan Pengurus Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia Wilayah Bali (PBHI BALI). Ketua Badan Pengurus PBHI Bali, Dewa Putu Alit Sunarya SH, menyoroti perlindungan HAM bagi anak-anak korban eksekusi lahan tersebut.
Perhatian PBHI pada HAM anak-anak yang menjadi korban eksekusi, karena PBHI melihat bahwa anak-anak akan paling terdampak, dari situasi kekerasan yang mereka rasakan atau alami. “Dalam kasus eksekusi lahan di Desa Serangan Denpasar, anak-anak yang menjadi korban, paling merasakan akibatnya,” ujar Alit Sunarya.
Menurut Alit Sunarya, anak-anak yang menjadi korban, harus diperhatikan hak asasi mereka dalam berbagai aspek. Hak-hak mereka, seperti pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan kehidupan layak, tempat tinggal yang dirasakannya nyaman dan aman, serta pemulihan rasa traumatik paska kejadian, semuanya harus dipenuhi. Dan itu merupakan perintah konstitusi,” ujarnya.
Ditempat yang terpisah, Ngurah Karyadi, aktivis yang juga Majelis Anggota PBHI juga menjelaskan hal yang sama. Menurut Ngurah kepada indeksberita.com kemarin (5/1/2016), hak-hak dasar anak, harus segera dipulihkan, tidak boleh diabaikan. Anak-anak kehilangan tempat tinggal, maka hak mereka untuk mendapat tempat tinggal yang aman dan nyaman juga hilang. Hak mereka untuk hidup layak, juga hilang. “Dan mereka juga terganggu proses belajar mengajarnya,” ujarnya lagi. Yang lebih lebih penting bagi anak korban kekerasan, menurut Ngurah, adalah bagaimana membantu memberikan konseling atau pemulihan secara psikologis.
“konseling atau pemulihan secara psikologis, akan mengindarkan mereka dari trauma berkepanjangan. Di usia mereka, itu sangat rentan terhadap tumbuh kembangnya mental dan rasa percaya dirinya” pungkas Ngurah.
Seperti kita ketahui, dalam proses eksekusi lahan di Desa Serangan Denpasar, terjadi kericuhan dan bentrokan. Bentrokan antara warga dengan aparat keamanan terasa mencekam. Suasana itu diakibatkan oleh teriakan dan tangisan perempuan dan anak-anak korban eksekusi yang ketakutan.
Sumber : indeksberita.com